Berita Muratara, Leiden, Belanda – Untuk ketiga kalinya, Komunitas Wahid 21 memberangkatkan periset sastra daerah ke Perpustakaan Leiden, salah satu pusat arsip dan manuskrip budaya terbesar di dunia. Kali ini, peneliti sastra Benny Arnas—yang juga dikenal dengan nama pena Dany Georgetown—melanjutkan penelitiannya seputar Simbur Cahaya dan cerita rakyat Musi Ulu.
Benny yang kini berusia 42 tahun, kembali berada di Leiden pada April hingga Mei 2025 lalu, memperdalam studi yang telah ia rintis sejak dua tahun sebelumnya. Selama risetnya, penulis asal Lubuklinggau tersebut telah berhasil mengumpulkan 267 entri manuskrip berkaitan dengan tradisi lisan dan budaya tulis masyarakat Musi Ulu.
“Pekerjaan masih banyak. Makin dicari, makin kurang rasanya,” ujar Benny saat ditanya soal sejauh mana pencapaiannya. Tahun lalu, fokus penelitiannya adalah inventarisasi cerita rakyat serta catatan masyarakat Musi Ulu Lama yang tersimpan di perpustakaan yang kaya akan koleksi budaya Nusantara itu.
Ketika ditanya soal waktu rilis hasil risetnya, ia hanya menjawab singkat, “Tunggu saja gongnya!”
Komunitas Wahid 21 sendiri sejak tahun 2023 telah konsisten mengirimkan periset sastra daerah ke berbagai negara, termasuk Belanda dan Prancis. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya melestarikan kekayaan budaya lokal melalui penelitian dan dokumentasi.
Semoga hasil dari penelitian ini dapat segera dinikmati publik dan menjadi sumbangan penting bagi khazanah kebudayaan Indonesia. Amin.
Pewarta: Ahmad Solihin
Editor : Ario